Sixth Poem

Nyata-mimpikan


Layaknya mimpi, menikmati eloknya
Ia hanya memori dengan jangka kapasitas yang segera untuk sirna
Betapa pun, susah untuk mencerna ulang detail segala adegan-adegan sempurnanya
Karena selalu biasanya atau kadangkala, mimpi adalah bualan2 yang sangat jelita tapi lincahnya segera binasa
Adalah aku mencoba mengkisahkannya
Tapi, ukirannya hanya riak-riak yang ada

Dalam riak-riak itu mimpiku
Ingin menciptakan sebuah lagu dan kunyanyikan dengan nada menuju
Gubahan suara melodiku, tidaklah merdu
Untuk menyenangkan lamunanmu, malah merusak indra pendengarmu
Tak layaklah aku

Bait-bait lrik rinduku selalu sendu, terabaikan
Kuenyahkan
Celikanmu mengukap kebosanan
Kuamarahkan,
Nyatanya, ini mimpi bukan?

Januari, kala dinginnya kabut Bogor.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Twentieth Poem

Eighteenth Poem

Twenty Fourth Poem