Second Poem


Beast mode: ON!
Kuutarakan sebenarnya
Hampir saja kulindas betisnya
Berlagak seolah ia Miss Indonesia,
Padahal hanya Miss dunia yang salah dipanggil namanya


Pun pria disebelahnya,
Tertawa dengan taring palsu agar seperti ganteng-ganteng serigala
Padahal, kera lebih mirip dengan wajahnya
Hanya ekornya saja yang diselipkan disakunya


Kawanan disekitarku juga,
Lapar saja yang ada dibenaknya
Kuhempaskan saja laptopku yang mati tiba-tiba ke mukanya
Hhaaaaaargh, ada ada saja, kenapa harus muncul lagi wajahnya?


Semuanya menjadi aneh pada dasarnya
Frekuensi tidak lagi melengkung gelombangnya
Karena diseruput oleh hidung pria itu ujungnya
Pergi saja, terjal semuanya, aku bukann gila, otakku berlebihn muatan hal-hal tak berguna


Alunan-alunan sendu menjadi alay suaranya
Poni sang penyani menutupi wajah hingga melilit lehernya
Menghitam kulitnnya, cempeng suaranya



Haaarrgh, istighfar, istighfar, itu yang kubutuh sebenarnya.


Desember, Kala teriknya Jakarta 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Twentieth Poem

Eighteenth Poem

Twenty Fourth Poem