Twenty Third Poem
Sedekat Tanya.
Kala
nanti, gulita.
Sepekat
bayangan, gelapnya.
Menghitami
sekitar buana.
Pun
hanya raga, satunya.
Begitu
besar kuasa khabarnya.
Karena
satu hingga tujuh atau berapa,
Tidak
realita untuk cengkrama.
Sekitarnya
atau belahan dunia mana.
Wajar
sudah tua.
Muda
tak ada yang pungkiri jua.
Bahkan
baru saja mengirup udara pula
Selalu
ada, merekat pada pundak seluruh sesiapa.
Kenali
dan tanyai perangainya, Tak ada negoisasi sifatnya.
Mati,
kematian kedua manusia inisialnya
Bukan
tempat bersandar rehat raga akhirnya
Tapi
mula, untuk bersua Dia di akhirat sana.
Januari,
kala mahalnya tiket Medan menuju Jakarta 2017
Komentar
Posting Komentar