First Poem

PadaHarimu,
Yang selalu terbenak tanpa ucapku,
Namamu, Satu
Terus saja di kala munajatku
Teruntuk dikau, ibu, ibu, ibu.

Dalam sekarangku
Tertera selalu disegala rautmu
Tak ada hentinya mendo’akanku
Di kesahmu, senangmu, pun tangismu karena kelakuanku hingga memekikkan pilu
Sosok aku yang tak pernah patuhi petuah saktimu, dulu
Kala jatuh, ku serapahi diriku yang tak tahu malu
Kusesali apapun sebab abaiku padamu
Hingga sirnakan bongkahan angkuhku kala jatuh air matamu
Juga Allah melalui kuasaNya menitipkan ridho padamu

Dalam sekarangku,
Meski tak ada kuasa untuk memelukmu, mengecup punggung tanganmu, tenang dalam dekapanmu
Izinkan aku mengetuk surga itu
Maafku, tak peduli jika semuanya hanya mengungkapkan kata itu dihari ibu
Janjiku untuk selalu bercerita pada Ilahi setelah rawatibku
Rindu menduri terus menusuk akan dekapan lembutmu
Jika tak lagi di dunia ini bersamamu, menemuimu
Di surga sana, yang berantahnya waktu itu
Lagi memelukmu, itulah semogaku



Dalam kerudung pilu, anakmu satu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Twentieth Poem

Eighteenth Poem

Twenty Fourth Poem