Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Twenty Second Poem

World of Campus Betapapun suasana langit itu Tentang cerah hangatnya Atau lembab hujannnya Tetap ku gegas membalas cakapnya Semesta deadline menghantui tidurku Tentang pemaparan teori-teori baru Kadang aku biru, kadang aku dungu, dimana catatanku? Tetap kugegas hingga abai sarapanku Semesta teori yang terkadang menyebalkan Selalu aku, selalu aku, kerjakan sendiri makalahmu itu kawan Terus-terusan, membebani otak, pun melamban, bosan Cih, bosan, haruskah ibuku dikecewakan? Jangan. Pun senyuman dosen yang dehemnya menggetar berantakkan Teori-teori basi   selalu disusupkan,   sial, aku salah jurusan Ini karena demi seruangan dengan gadis anggun yang menawan Oh tidak. Jangan. Bukan. Itu bukan tujuan. Apalagi niat mendekati mantan. Karena sedari awal, pendidikan tinggi bukan mainan Perawakan, pemikiran, bahkan diskusi kemerdekaan Walau lusuh, almamater tetaplah kebanggaan Kerjakan, semangat, doakan,   percayakan demi toga yang akan di

Twenty First Poem

POEMLess Wahai kehidupan, Entahlah beri aku secukupnya penalaran Agar aku bisa hempaskan Penat yang sebenarnya menghangatkan Karena aku adalah hujan Kadang sangat dinantikan Kadang sangat ingin dienyahkan Tidak apa tidak suka, berteduh saja Karena aku sedang bertemu   cinta Ingin aku bangun, bukan lagi jatuh ke dalamnya Rindu bekali-kali menikamnya Karena aku belum taqwa, dosa menggunung gila Karena aku adalah hujan Akan membuat kebasahan Meringkuk kedinginan Tidak apa tidak suka, berteduh saja Pohon berduri itu rindu namanya Berkali-kali aku ditimpanya Biarlah, biar kupeluk saja Ini nikmatNya, selalu kuadukan lagi padaNya Lhokseumawe, kala semilir angin menghiasi malam Oktober 2016

Twentieth Poem

H. O. P. E. (2) Tentang dia Yang merindukannya bagai menggenggam lava Kunikmati ini nikmatMu Pun jemariku sudah meleleh terbakarnya Semogaku ia tetap jelita cendikia, anggun akhlaqnya, sehat taatnya, dandan taqwanya, sendu sujudnya. Tentang dia, Ceritaku masih selalu tentang dia Karena aku percaya padaMu dan bersahaja Untuk keindahan rencanaMu, ini masih sejentik hadiahnya. Lhokseumawe, kala angin mengelabui senja September 2016

Nineteenth Poem

H.O.P.E. (1) Layaknya kau pelihara bara Seolah kau kekar dengan sengatan panasnya Lihat disekitar cengkramanmu, melepuh berdaki-daki ia Tetap kau suguhi pemantik-pemantiknya Hey idiot! Ya kau gila. Masih saja merenangi lara, Itu lautan bara, magma. Rakit doamu melepuh dilahapnya Bangun! Mentari sudah menyengatmu dengan teriknya Lihat lusuh hatimu, semesta biru imaji-imaji bodoh yang kau reka Teruslah berharap pada ciptaanNya Kau akan kecewa, tentu saja. Mengunduh bara harusnya wadahmu perkasa Tiga lapis baja, bukan tangan kosong penuh dosa tak berguna Kali ini kau sengsara, dibiarkan masuk keruangan hampa Maka berharaplah saja pada Sang Pencipta, pun kau didekapNya