Twenty Fourth Poem

Langit Februari

Layaknya suasana langit Februari
Awan gelap mengedipkan selongsong cahaya mentari
Melembabkan nuansa bumi
Lagi, pilunya rindu hampir menghitami hati

Rerintik gerimis seolah abadi
Petrikor semerbaki segala lini
Pun suasana hati, hampa sekali anpa zikir pada ilahi
Karena dosa-dosa masih digeluti

Bagaimana jika tetiba mati
Namun Dia belum ampuni
Taubat tak dapat terealisasi
Hingga dibakar NerakaNya berdaki-daki nanti


Februari, kala Bandung tak tergenangi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Twentieth Poem

Eighteenth Poem