Eighteenth Poem
Badai-kan Rindu
Gemuruh badai mencengkerami malam
Nyanyian katak bersahutan, terdiamkan.
Langit melemparkan bunga apinya
Terhentakkan sesiapa punya pendengarnya
Gejala alam?
Bukan, semua ini atas perintah Tuhan sang Maha
Rahman
Semesta ada, semua yang diciptaNya, tanpa sia
Mohonlah padaNya, teruskan, tanpa jeda.
Untuk perlindungan, gubahkan keberkahan
Istiqomahkan dalam ketaatan, walau tidak lagi
Ramadhan
Juga untuk rindu yang sering menginspirasikan
Walau hanya senyuman, terus sujud munajatkan.
Lhokseumawe,
kala gemuruh badai senja itu. Juli 2016.
Komentar
Posting Komentar