Fourth Poem
hari-mu.
Rehatnya sekarangku
Damai pun syahdu tanpa lagi gigitan pilu
Enyahkan saja kutu-kutu pengganggu
Tapi sesuatu, terus menghantam benakku
Tersirat di hamparan lubukku
Akan hangatnya dekapan itu, belaian itu, kecupan itu
Penumpas segala semesta pilu
Terukir jelas wajah lembut itu
Astaghfirullah batinku
Sosok utama penyedia segala ada menjadi abai di sekarangku
Nama yang seharusnya terlisankan kala setiap rawatibku
Petuah-petuah jitu, pemompa semangatku, membatu kaku direlungku
Namun kini bumi merampasnya dariku
Padahal hangatnya harumnya dekapan yang lebih kokoh dari apapun masih terus menjadi inginku
Bisakah aku mengetuk surga itu?
Ridhokah dia padaku? Termaafkah semesta salahku?
Allahku,
Ampunkan aku, ampunkan sosok penyejuk qalbu itu
Pertemukanyalah denganku , di hari yang penuh dengan kuasamu
Bukan sesiapa aku tanpa belaian hangat itu
Patutnya rasulmu menganjurkanku,
Pun setiap insan yang keluar dari rahim itu
Agar memohonkan ampun untuk bidadari itu
Ibu, ibu, ibu
Oktober, kala derasnya hujan Jakarta.
Komentar
Posting Komentar